To Wander is to be Alive

Welcome to my blog!

Senin, 05 Februari 2018


Indonesia memiliki banyak sekali Universitas, baik Negeri maupun Swasta, bahkan Kedinasan. Namun saya memilih Universitas Diponegoro. UNDIP bukan lah jalan kemunafikan saya atas kekalahan sebuah perjuangan sebelum nya. Tentu saja UNDIP sudah menjadi pilihan saya sedari awal, tidak ITB tidak UI bahkan UGM. UNDIP sudah menjadi tujuan awal dimana saya melangkahkan kedua kaki ini untuk melanjutkan pendidikan selanjutnya. Lalu kenapa harus UNDIP? Ada apa dengan UNDIP?

Nama saya M Irfan Syarif H, dari Prodi Sistem Komputer S1 Universitas Diponegoro. Saya tidak pernah menyesali segala bentuk tindakan dalam perjalanan hidup saya. Baik Jurusan maupun Universitas yang saya tempati adalah tempat yang sudah saya pilih sedari awal. Berbagai macam alasan saya untuk mengambil pilihan ini. Namun semakin lama saya menjalaninya semakin beragam alasan kenapa saya cinta UNDIP. Inilah beberapa alasan kenapa “Aku Cinta Undip”

1.       Letak Geografis

Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah. Memiliki letak geografis yang “pas” menurut saya. Saya adalah seorang yang sangat mencintai petualangan, bagi saya dimana pun saya berada disitu lah rumah saya. Semarang berada tepat di tengah tengah tempat berbagai macam destinasi petualangan. Terutama di bidang Hiking, Semarang di apit oleh banyak sekali Gunung. Beberapa gunung bisa di akses dengan mudah seperti, Merbabu, Sumbing, Sindoro dan Muria. Selain Gunung, Semarang menyimpan banyak sejarah, seperti Lawang Sewu, Kota Tua dan masih banyak lagi. Bagi saya Semarang merupakan tempat dengan seribu Kado yang belum pernah saya buka. Selain itu, Semarang juga di apit kota kota yang terkenal dengan ke-indahanya, seperti Yogyakarta, Magelang, Salatiga dan lain lain. Dan yang sangat saya sukai, Bali dan Kota Lombok tidak terlalu jauh dari sini. Bagi saya ini tidak terlalu jauh ketimbang harus memulai perjalanan dari kota asal saya di Banten. Terbayang bukan? Selain jarak mungkin jika perjalanan dimulai dari Semarang, akan sedikit menghemat uang. Untuk ke kota kota lain dari Semarang hanya menghabiskan sedikit uang. Seperti hal nya saat saya mendaki gunung Merbabu via Selo, Boyolali. Saya hanya menghabiskan uang Rp. 50,000. Murah bukan? Bayangkan jika saya berangkat dari Banten, ongkos kereta, kendaraan umum dan lain lain. Pasti akan menghabiskan uang lebih banyak.

2.       Iklim dan Cuaca

“Semarang panas” “Wah gila gerah bos, nyalain kipasss!” Yaa mungkin untuk para pendatang cuaca di Semarang sangat ekstreme, saat hujan maka hujan yang begitu intens, saat panas maka panas yang sangat menyengat. Namun tidak bisa di katakan semua daerah Semarang memiliki cuaca yang buruk. Saya tinggal di Tembalang, begitupun UNDIP terletak di tembalang. Disini cuaca tidak begitu buruk. Bahkan untuk tempat tinggal saya tidak begitu panas, jelas saja saya kost di lantai satu, dan bentuk kost kostan di sini seperti rumah, kamar saya terletak di tengah jadi tidak terlalu panas. Namun di balik panas yang menyengat, ada hal yang saya suka. “Kalo nyuci baju di Semarang, sehari langsung kering!” Ya! Coba saja kalian cuci baju di semarang pagi-pagi, jam 12 pasti sudah kering. Tetapi jangan salah selain panas, cauca hujan menjadi salah satu tantangan saya disini. Ketika hujan daerah Semarang bawah sering kali banjir, namun saya tinggal di daerah Semarang atas (Tembalang), dan Alhamdulillah tidak mengalami banjir. Hujan disini tidak terlalu dingin seperti kota Magelang. Jadi masih normal.

3.       Budaya dan Bahasa

Siapa sih yang tidak mengenal Bahasa Jawa yang cenderung medok? Jangan salah, tidak semua Bahasa Jawa medok, ada yang halus dan lembut. Namun bagi saya Bahasa Jawa dengan nada medok salah satu ketertarikan saya, ketika saya memiliki teman yang menggunakan Bahasa Jawa medok saya sangat senang, karena nada nya menurut saya lucu, dan menggemaskan. Tapi, selain medok, saya sangat menyukai Bahasa Jawa tua dan adat istiadat Jawa dulu, orang jawa dulu, tata karma nya masih kuat, sopan dan santun sekali, bahkan bicara nya pun halus sekali. Ya mungkin tidak banyak teman-teman saya atau orang yang saya temui disini yang masih seperti orang jawa dulu. Namun jika kita sedikit kearah Yogyakarta, masih banyak sekali yang seperti ini. Saya menyebutnya ke-kraton-nan, ya saya sangat suka dengan beberapa hal yang berkaitan dengan kraton, budaya nya, bangunan nya, tata kramanya, sejarah nya, cerita-cerita kuni nya bahkan wanita-wanita nya dan masih banyak lagi.

4.        Biaya Hidup

 Hidup disini enak! Semua serba murah! Semua pasti sudah tahu hidup di Jawa betul betul murah. Yap betul sekali, biaya disini betul-betul bisa di minimalisir, bagaimana tidak, dengan uang Rp. 5000 sudah bisa mendapatkan berbagai macam menu. Soto, Pecel, Kupat Tahu, Prasmanan dan masih banyak lagi. Selain itu biaya kuliah di UNDIP tidak terlalu mahal seperti Universitas bergensi lain nya. Karena juga disini menggunakan sistem UKT yang biaya nya menyesuaikan dengan pendapatan orang tua.

5.       UNDIP MEMILIKI SEGUDANG PRESTASI

Pelajar mana yang tidak ingin berkuliah di Universitas bergengsi dan terbaik? Pelajar mana yang tidak ingin berkuliah di Universitas yang memiliki tingkat pendidikan yang baik? Universitas Diponegoro menempati posisi ke-4 di 10 Universitas terbaik yang ada di Indonesia. Hal ini menunjukan banyak sekali prestasi yang di miliki Undip. Beberapa prestasi yang saya tahu adalah, Paduan Suara Undip yang sudah memenangkan lomba di beberapa Negara, Undip sangat di kenal pada penyelenggaraan PIMNAS dengan kejuaraanya, UNDIP menemukan Alat Deteksi Jantung Pintar, dan masih banyak lagi segudang prestasi UNDIP.
Itu lah beberapa alasan kenapa saya cinta Undip, apabila ada salah kata dalam penulisan, dan kurang lebihnya mohon maaf, semoga bermanfaat untuk semuanya, terimakasih.


Kamis, 11 Januari 2018


Gunung Merbabu adalah salah satu gunung Jawa Tengah yang dikenal memiliki pemandangan alam yang sangat mempesona nan elok, ketinggian puncaknya mencapai 3.142 Mdpl. Sedangkan, letaknya berada di perbatasan kabupaten Magelang, Boyolali, Salatiga dan kabupaten Semarang.

Pendakian ke Gunung Merbabu bisa melewati berbagai jalur;
-via Suwanting
-via Wekas
-via Kopeng Cuntel

Pendakian Gunung Merbabu Via Selo

Selo adalah salah satu jalur pendakian yang tersedia di gunung Merbabu, dikenal sebagai jalur yang paling landai dibanding dengan jalur lainnya, sangat disarankan untuk para pendaki pemula yang hendak menikmati kemegehan alam di atas puncak gunung Merbabu.

Rute Perjalanan Menuju Basecamp Selo

Dari Semarang atau Solo (naik bus jurusan Magelang - Boyolali) >> Porles Selo (naik ojeg) >> basecamp Selo

Cukup mudah untuk menemukan keberadaan basecamp pendakian jalur Selo. Sebab, kita akan menemukan papan petunjuk yang terpampang di pinggir jalan.

Basecamp Pendakian Gunung Merbabu Via Selo

Lokasinya sendiri berada di desa Genting, kecamatan Selo, kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Sesampainya di sini, kamu dapat menemukan dua basecamp pendakian, yaitu basecamp Pak Parman dan basecamp Pak Bari. Serta membayar biaya retrubusi senilai Rp. 10.000 /orang.

Fasilitas penunjang di ke-2 basecamp pun cukup lengkap, di antaranya adalah tempat parkir, tempat istirahat, kamar mandi dan warung nasi, kamu dapat mengisi perut terlebih dahulu sebelum melakukan pendakian, buat ngisi tenaga. Sebelum berangkat, cek perlengkapan pendakianmu terlebih dahulu!.


Basecamp - Pos 1 (Dok Malang), 150 menit

Selepas pintu masuk, jalanan masih landai, medan berupa tanah padat, vegetasi cukup terbuka, berupa barisan pohon pinus yang menciptakan pemandangan kece. Jalur pendakian sangat jelas, karena petunjuk arah terpampang di sepanjang perjalanan.

Mendekati pos 1 ditandai dengan vegetasi yang mulai merapat, hutan semakin rimbun. Sekitar 2,5 jam berjalan, kamu bakalan sampai di pos 1, sebuah tempat yang cukup luas, bernama Dok Malang, di sini kamu dapat menemukan sebuah bangunan untuk berteduh atau beristirahat.


Pos 1 - Pos 2 (Pandean), 60 menit

Perjalanan menuju pos 2, kemiringan track sedikit meningkat, medan masih berupa tanah padat, meskipun kita berjalan di dalam hutan tropis yang lembab, namun vegetasi lebih terbuka dibanding perjalanan sebelumnya.



Dalam perjalanan menuju pos 2, kamu harus menghadapi tanjakan terjal, tanjakan yang paling sadis di jalur Selo, tanjakan yang memiliki tingkat kemiringan sekitar 70 derajat, tanjakan itu dikenal dengan sebutan Tikungan Macan. Berhati-hatilah saat menghadapinya, tetap jaga semangatmu!. Sekitar 1 jam berjalan, kamu akan sampai di pos 2.


Pos 2 - Pos 3 (Watu Tulis), 30 menit

Selepas pos 2, jalanan semakin menanjak konstan, cukup merepotkan, vegetasi semakin terbuka, memperlihatkan hamparan alam yang mampu menghibur hati, serta bunga Edelweis yang tumbuh di lereng gunung. Perjalanan ini membutuhkan waktu sekitar 30 menit.


Pos 3 - Sabana l, 60 menit

Perjalanan berlanjut dengan track yang lebih sadis dari sebelumnya, medan berupa tanah merah berdebu tebal, bila musim hujan pasti akan sangat licin. Tapi tenang, pemandangan sepanjang perjalanan sangatlah indah, termasuk megahnya gunung Merapi yang terlihat di kejauhan.

Berjalan sekitar 60 menit, maka kamu akan sampai di pos 4, sebuah tempat bernama Sabana l, merupakan salah satu tempat camp ideal karena memiliki lahan yang luas dan memiliki pemandangan indah yang berupa padang rerumputan hijau nan mempesona.


Sabana l - Sabana ll, 30 menit

Jalanan menuju Sabana satu tidak terlalu terjal, namun berkelok-kelok, menaiki dan menuruni bukit, pemandangan sangat mewah, sepanjang mata melihat, warna hijau rerumputan menghiasi perbukitan yang dibalut dengan udara sejuk pegunungan. Berjalan sekitar 30 menit, kamu akan sampai di Sabana ll.


Sabana ll - Puncak Kenteng Songo, 120 menit

Sebagian besar pendaki, memulai perjalanan summit atack dari Sabana l, sekitar jam 03:00 mereka sudah bergegas menuju puncak Kenteng Songo, memburu kemewahan sunrise di puncak tertinggi gunung Merbabu.
 
Jalanan menuju puncak Kenteng Songo cukup landai, namun vegetasi yang sangat terbuka menjadikan angin leluasa menampar tubuh kita, membuat udara terasa lebih dingin. Perjalanan menuju puncak Kenteng Songo membutuhkan waktu sekitar 2 jam.

Puncak Gunung Merbabu

Gunung Merbabu memiliki beberapa puncak di atasnya, di antaranya adalah puncak Syarif ( 3.119 mdpl), puncak Tianggulasi (3169 mdpl) dan puncak Kenteng Songo (3.142 mdpl) yang merupakan puncak tertinggi di gunung Merbabu.

Estimasi Waktu Pendakian Gunung Merbabu Via Selo

Basecamp - Pos 1 : 150 menit
Pos 1 - Pos 2 : 60 menit
Pos 2 - Pos 3 : 30 menit
Pos 3 - Sabana l : 60 menit
Sabana l - Sabana ll : 30 menit
Sabana ll - Puncak Kenteng Songo : 120 menit

Total : 7,5 jam

Tips Pendakian Gunung Merbabu Via Selo
  • Persiapan fisik sebelum melakukan pendakian
  • Siapkanlah bekal logistik dan air minum sebaik mungkin
  • Usahakan untuk tidak mendaki di musim hujan
  • Berangkat dari basecamp sepagi mungkin, pada pukul 08:00 - 10:00 (jangan terlalu siang)
  • Tempat camp paling ideal adalah Sabana ll
Demikian adalah informasi tentang jalur pendakian gunung Merbabu via Selo yang bisa saya sampaikan, semoga dapat membantu ketika berniat mendaki gunung Merbabu pada waktu dekat ini. Sampai jumpa di puncak!.

Rabu, 10 Januari 2018


14 Desember 2018 Setelah Ujian berakhir, saya dan teman-teman memutuskan untuk menghilangkan semua penat yang ada di kepala ini. Setelah ngobrol-ngobrol ringan dengan semuanya, kami memutuskan Hiking ke Merbabu sebagai tujuan kami di libur kali ini.

Kata orang 80% kemungkinan kalo naik merbabu pasti hujan! Becek! Belum lagi di tambah trek yang berat, sama sekali tidak cocok untuk pendaki pemula. “Lu mending ke Prau aja dah, kalo ke Prau gua ngikut! Merbabu berat pan, mana lagi hujan, gua mah skip dah!” Aji berkata. Setelah mendengar itu, tidak sedikitpun niat saya terurung untuk melanjutkan perjalanan ini. Jelas saja, dibalik semua itu Merbabu mampu memberikan suatu hal yang istimewa. Sabana nya yang jelas ketenaranya, belum lagi sunrise yang indah dibalut lautan awan (Negeri Awan), siapa juga yang tidak ingin menyaksikan semua itu? Belum lagi kesaksian perjalanan oleh bunga abadi disana. Ah! Pokonya Merbabu membuat ku CANDU!

Kami berangkat pukul 19:00 WIB Malam (Kamis) dari Semarang menuju kota Boyolali, dengan pasukan 7 orang serta peralatan yang sudah siap. Kami memantapkan langkah kaki untuk menyaksikan keindahan Gunung Merbabu. 

Setelah sampai di salah satu basecamp (Pak Bari) terlihat sepi sekali, padahal ini adalah basecamp yang terkenal di kalangan pendaki via Selo dan juga sekaligus basecamp untuk menuju ke Gunung Merapi. Kami memutuskan untuk berangkat via Selo karena rumornya Selo memberikan pemandangan yang lebih cantik, dan juga trek nya lebih ringan di antara basecamp lain. Perlu diingat untuk menuju Merbabu ada banyak basecamp lain yang bisa di akses (Pak Parman dan basecamp Pak Bari).Sedari awal kami merencanakan untuk bermalam terlebih dulu di basecamp lalu melanjutkan perjalanan di ke esokan harinya (Jum`at,15/12) Pagi.

07;30 WIB Setelah kami semua bersiap-siap dan mengisi tenaga, kami memulai perjalanan. Awalnya semuanya tersenyum semangat dengan wajah yang sangat tampan dan menawan, ya memang trek awal hanya tanjakan-tanjakan ringan yang kami jumpai hehe. Dan setelah berjalan sekitar 1,5 jam trek mulai sedikit sulit, ditambah beban berat yang saya bawa paling berat diantara mereka, karena saya sendiri ingin terbiasa menjadi pendaki solo, ya barang kali kapan-kapan bisa naik bersama “dia”, kan harus jadi strong bro hahaha. Setelah berjalan 3 Jam kurang lebih, punggung mulai terasa sakit dan emosi meningkat, terang saja tidak ada yang mau bergantian membawa beban kelompok yang saya pikul, akhirnya dengan sedikit “nge-Gass”. Rizal bersedia bertukar beban, dan ternyata! Beban yang di bawa oleh Rizal sebelumnya sama sekali TIDAK BERAT. Jauh sekali dengan beban saya, dan ternyata isinya hanya Sleeping Bag dan 1 Air mineral 1,5 Liter dan 1 celana pendek. HAH? Pantas saja dia cengengesan terus. Sedangkan saya sudah mandi keringat.

Tiba sudah di Pos 1 , menghabiskan 3,5 Jam yang seharusnya hanya 2,5 Jam. Wajar.. kami pemula haha (pembelaan). Matahari sedikit tertutup, yaa saat itu adalah musim hujan lebat, kami terhitung pendaki yang terlalu memaksa. Bahkan hanya beberapa kelompok yang mendaftar saat itu, mungkin yang lain tidak berani ambil resiko. Selama perjalanan dari Pos 1 – Pos 2, berkali kali kami di begal oleh oknum kapitalis yang bertindak dengan kesewenang-wenangan mereka mengambil hak kami. Inilah kaum sadis yang tidak punya rasa kemanusiaan.

Ada yang tau siapa mereka?.. #Sodaara luuu!
Mereka memaksa kami memberikan sedikit demi sedikit perbekalan kami, ya jelas saja kami mau. Karena jika kami tidak memberikannya, mati sudah kami tertancap taring mereka.
Baru saja setengah perjalanan ke Pos 2 Rizal meminta untuk ganti tas kembali. Dengan tawar menawar yang cukup lama akhirnya saya mengalah dan kembali membawa beban berat. Salah satu motivasi saya bersedia menukar kembali karena Rizal memang masih cupu wkwk. Selama perjalanan Pos 1 ke Pos 2 Abiyyu terlihat sakit, muka pucat dan lemas. Ternyata sebelum pendakian dia belum pernah pemanasan sama sekali dan sudah lama tidak mendaki, padahal katanya sih dia Pro haha. #Prokoklemah. 

12;30 WIB (Pos 2) Kami di sambut oleh hujan yang lebat, sangat mengganggu arah pandang mata kami, kabut yang tebal dan suhu yang sangat dingin membuat kami meringkuk di bawah shelter pos 2. Untungnya shelter ini sudah selesai dibangun. Kami memutuskan berhenti sambil memakai jas hujan dan melanjutkan perjalanan saat hujan reda.

Saat menuju Pos 3, kami sempat mengira sudah tiba di Sabana, namun ternyata bukan. Kabut tebal dan hujan rintik yang terus mengguyur membuat kami sangat lelah dan berasumsi ingin cepat tiba.

14;00 WIB (Pos 3) Terlihat 2 tenda terpasang di pos ini, sesekali kabut menghilang dan memberikan pemandangan yang sangat indah! Terlihat sebelah kiri ada jalur pendakian dari basecamp lain yang rupanya seperti sabana yang sangan menawan. Seolah menyuntikan semangat pada kami untuk melanjutkan perjalanan. Namun kami tidak ingin mengalah pada kemunafikan, karena saat itu kami sangat lelah! Beberapa teman memutuskan untuk menginap di Pos 3, tapi setelah berdiskusi kami mengurungkan niat tadi dan terus berjalan sampai Sabana 2.

Banyak orang bilang, trek Merbabu bikin kaki goyang aduhay! Tanjakanya bikin rindu! Awalnya kami tidak mengerti arti itu semua, namun trek Pos 3-Sabana 1 telah menjawabnya. Satu kata yang terlintas saat itu. GILA! Rasanya ingin pulang! Laper! Capek! Pengen tidurr! Huahh.

Siapa coba yang ga shock sama tanjakan kaya gini? (maaf gambar ini tanjakan dari sabana 1 ke 2, kebetulan dari pos 3 ke sabana 1 kami tidak sempat mengambil gambar, karena cuaca buruk, namun kurang lebih medan nya sama seperti diatas)
Timbulah semboyan tim kami saat menjalani trek disini “5 langkah untuk 5 menit”. Ada yang paham? Haha ya! 5 langkah jalan untuk 5 menit istirahat. Wkwk
Jelas saja, kebanyakan dari tim kami adalah pendaki pemula, dan tanjakanya membuat kaki “leklok”! namun ini semua tidak mengurungkan semangat kami sedikit pun, karena keindahan Sabana sudah menunggu kami.

15;00 WIB Lunas sudah perjuangan kami, semuanya mulai terbayar disini (Sabana 1) telah tiba kami semua di surga nya Merbabu! Semua orang yang melihat langsung keindahanya pasti takjub!



Yakin gamau ke sini?
Namun perjalanan belum berakhir, masih sekitar 0,5 jam untuk menuju Sabana 2 yang tidak kalah indah nya. Trek dari Sabana 1-2 cukup mudah namun tidak bisa di sepelekan, karena berelok-elok dan melewai bukit bukit. Namun lelah kami hilang selama perjalanan karena di suguhkan pemandangan yang indah selama perjalanan ini.


15;30 WIB Tiba sudah di Sabana 2, hujan sudah mulai hilang. Tak kami sangka ternyata Sabana 2 tidak kalah indah-nya! Kami bermalam disini, setelah tenda dan semua beres. Sebagian memasak dan sebagian rebahan. Setelah mengisi kosongnya perut kami semua memutuskan untuk rebahan. Saat sudah malam, Wahid keluar untuk menikmati pemandangan, saat itu cuaca sangat bagus dan bintang terlihat sangat ramai, namun suhu yang dingin memaksa kami tidak berlama-lama diluar. 

21;00 WIB Semua menunggu makan malam, selama makan malam kami berembug untuk memutuskan siapa saja yang akan ikut summit, sayang nya teman kami Irsyad tidak ikut menemani, karena ini merupakan pendakian pertama-nya dan ia tidak sanggup karena suhu dingin. Setelah selesai kami memutuskan untuk langsung tidur lelap.

Bunyi berisik alarm handphone terdengar, ternyata jam sudah menunjukan 04:30 WIB sayang nya ini terhitung terlambat untuk summit, karena kami harus mengisi perut yang kosong terlebih dahulu dan kami belum mengetahui trek summit puncak Merbabu. 05:00 WIB kami ber-enam berangkat summit attack. 

Awalnya kami mengira mudah karena kami tidak membawa beban banyak, hanya kamera untuk berfoto ria dan jas hujan untuk jaga-jaga. Namun ternyata… trek summit sangat berattt! Tanjakan benar benar miring! Hamper mendekati 70 Derajat! Tidak terbayang kalo kami membawa beban banyak. Selogan 5 langkah untuk 5 menit terjadi kembali haha.


Sayang sekali kami tidak bisa menikmati sunrise dan lautan awan dari atas puncak, melainkan kami menikmatinya saat di perjalanan summit, padahal jarak Sabana 2 – Puncak Kenteng Songo (Puncak Tertinggi) terhitung dekat mungkin hanya 1 jam. Namun apa daya, trek yang berat dan juga kami kan pemula #wkwk Tapi tetap saja, tidak sedikitpun keindahan gunung merbabu hilang, kami masih bisa menikmati lautan awan dan sunrise dari jarak 10 menit ke puncak. #padahalsedikitlagi:(

Setelah berhenti sejenak, kami melanjutkan menuju puncak kenteng songo, karena katanya sebagai tanda bahwa pernah menginjaki kaki di puncak tertinggi gunung ini. Setelah sampai di puncak, kami memasak kentang dan bandrek untuk sedikit mengisi tenaga. Sambil menimati pemandangan yang indah dan udara yang begitu sejuk. Ditambah terlihat jelas puncak gunung merapi terselimut awan yang menawan. Sungguh luar biasa begitu takjub kami semua melihat keindahan ini. Sekilas teringat salah satu ayat al-qur`an yang memiliki arti “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”.



Kami hanya menikmati sekitar 2 jam di atas puncak. Tak lama hujan turun kembali, kami memutuskan untuk langsung turun dan berbegas kebasecamp. Terhitung hingga berangkat sampai ke puncak kami menghabiskan waktu 11 jam, tentu terhitung sangat lambat, ini karena faktor cuaca dan stamina yang minim. Namun untuk pulang kami hanya butuh sekitar 4,5 Jam.

Dalam cerita kali ini, saya tidak mencantumkan informasi-informasi selama pendakian secara detail, ini hanyalah sedikit cerita pengalaman saya, untuk informasi penting akan di sampaikan di posting lain, terimakasih telah bersedia meluangkan waktu untuk membaca postingan saya, jangan lupa untuk mengikuti saya yaa.